PT Equity World | China Ungkap Pesimisme Nego Dagang, Wall Street Dibuka Merah
PT Equity World | Bursa saham Amerika Serikat (AS) surut tipis pada pembukaan perdagangan Senin (18/11/2019) dari posisi rekor tertingginya setelah investor menghadapi ketidakpastian seputar perdagangan AS dan China.
Indeks Dow Jones Industrial Average melemah 18 poin (0,1%) pada pukul 08:30 waktu setempat (21:30 WIB), dan bergulir hingga 27,98 poin (-0,1%) ke 27.976,91 selang 20 menit kemudian. Indeks Nasdaq tertekan 31,8 poin (-0,36%) ke 8.509,94 sementara indeks S&P 500 surut 6,53 poin (-0,21%) ke 3.114,34.
CNBC International melaporkan bahwa pejabat China pesimistis terhadap prospek perjanjian dagang AS-China. Mereka kecewa dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump bahwa tidak akan mencabut tarif yang sudah berlaku sebelumnya, padahal hal itu telah disepakati.
Menyusul kabar tersebut, imbal hasil (yield) surat berharga berjatuh tempo 10-tahun pun turun dari 1,85% menjadi 1,81%. Penurunan itu mengindikasikan bahwa harga sedang menguat.
Sebelumnya, media pemerintah China pada akhir pekan lalu menyatakan bahwa kedua negara yang sedang berseteru secara ekonomi itu memiliki pembicaraan dagang yang "konstruktif". Pembicaraan dilakukan oleh U.S. Trade Representative Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan Steven Mnuchin dengan Wakil Perdana Menteri China Liu He mengenai isu pokok fase pertama.
PT Equity World
Harga Emas Berbalik Arah dan Cari Jalan Menuju US$ 1.480, Ini Penyebabnya | PT Equity World
Pembicaraan putaran pertama diumumkan bulan lalu dan diekspektasikan akand iteken pada bulan ini. Optimisme seputar kesepakatan dagang ini, ditambah kebijakan monter longgar the Federal Reserve, membantu mendorong reli bursa saham.
Sepanjang bulan lalu, indeks Dow Jones dan S&P 500 melesat lebih dari 4% sedangkan indeks Nasdaq melejit 5,6%. "Pasar saham telah menunjukkan resilensi yang menakjubkan," tutur Chief Investment Strategist SlateStone Wealth Robert Pavlik, dalam laporan risetnya, sebagaimana dikutip CNBC International.
Konflik dagang antara dua negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut, lanjutnya, masih menjadi faktor pemberat pasar sementara kinerja korporasi AS masih tumbuh di tengah kabar pelemahan ekonomi.
| This post is ad-supported |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar