Equity World | Wall Street Hijau Lagi, Tapi Bursa Asia Dibuka Mixed
Equity World | Bursa Asia-Pasifik dibuka cenderung beragam pada perdagangan Jumat (19/8/2022). Penurunan mulai mereda di tengah menghijaunya bursa saham Amerika Serikat (AS) pada perdagangan kemarin.
Equity World | Harga Emas Spot Naik ke Level US$1.765,8 Hari Ini (18/8), Ini Pemicunya
Indeks Nikkei Jepang dibuka menguat 0,54%, KOSPI Korea Selatan dan ASX 200 Australia naik tipis masing-masing 0,09% dan 0,04%. Sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong dibuka melemah 0,54%, Shanghai Composite China turun tipis 0,06%, dan Straits Times Singapura terkoreksi 0,16%.
Dari Jepang, inflasi pada periode Juli 2022 tercatat kembali meningkat dan berada di atas target bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ). Data inflasi dari sisi konsumen (Indeks Harga Konsumen/IHK) Jepang periode Juli 2022 dilaporkan naik menjadi 2,6% secara tahunan (year-on-year/yoy), dari sebelumnya pada periode yang sama tahun 2021 sebesar 2,4%.
Sedangkan secara bulanan (month-on-month/mom), IHK Negeri Sakura pada bulan lalu naik menjadi 0,5%, dari sebelumnya pada periode Juni lalu di 0%.
Adapun IHK inti, yang tidak termasuk harga makanan segar naik menjadi 2,4% pada bulan lalu, dari sebelumnya pada Juni lalu di 2,2%.
Hal ini menandakan bahwa inflasi di Jepang sudah berada di atas target BoJ. Sejatinya, sejak Juni lalu, inflasi sudah mulai berada di atas target BoJ. Tetapi, bank sentral Negeri Sakura tersebut lebih memilih untuk tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level rendah.
Sejatinya, IHK inti masih menjadi pengukur harga utama BoJ, di mana bank sentral baru-baru ini lebih menekankan pada indeks inti-inti untuk mengukur seberapa besar tekanan inflasi yang berasal dari permintaan domestik, daripada faktor satu kali seperti biaya energi.
Gubernur BoJ, Haruhiko Kuroda telah menekankan bahwa bank sentral tidak akan melihat jalan keluar dari program stimulus besar-besaran sampai permintaan konsumen meningkat.
Bursa Asia-Pasifik yang cenderung beragam terjadi di tengah menguatnya bursa saham AS, Wall Street pada perdagangan Kamis kemarin, meski investor masih menimbang rencana bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) yang berpotensi masih akan menaikan suku bunga secara agresif.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup naik tipis 0,06% ke posisi 33.999,04, S&P 500 menguat 0,23% ke 4.283,74 dan Nasdaq Composite terapresiasi 0,21% menjadi 12.965,34.
Kembali hijaunya bursa AS ini menjadi angin segar. Pasalnya, pada Rabu lalu, bursa ambruk karena risalah Federal Open Market Committee (FOMC) memberi sinyal bahwa The Fed tidak akan menurunkan kebijakan agresifnya.
The Fed belum melihat sinyal kuat dari pelemahan inflasi meskipun inflasi sudah melandai ke 8,5% (yoy) pada Juli, dari sebelumnya di 9,1% pada periode Juni 2022.
"Pelaku pasar masih mencerna risalah FOMC. Itu yang menyebabkan bursa sempat volatil," tutur Charles Self, chief investment officer Tandem Wealth Advisors, kepada CNBC International.
Kemarin, AS mengeluarkan sejumah data ekonomi seperti klaim pengangguran mingguan dan penjualan existing home. Klaim pengangguran AS turun menjadi 250.000 untuk pekan yang berakhir pada 13 Agustus.
Penjualan rumah existing pada Juli turun hampir 6% dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 4,81 juta. Penjualan anjlok 20,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Penjualan existing home sudah turun dalam enam bulan beruntun.
Namun, survei Philadelphia Federal Reserve terkait indeks manufaktur menunjukkan indeks sudah naik ke 6,2 bulan ini, dari negatif 12,3 pada Juli. Data ini menunjukkan harapan jika ekonomi AS akan membaik ke depan.
"Pelaku pasar sedikit maju dan mundur memperkirakan apa yang terjadi ke depan. Saat ini mereka melihatnya dengan positif karena pasar masih menanamkan keyakinan jika the Fed akan mampu menekan inflasi," tutur Cliff Corso, chief investment officer at Advisors Asset Management, dikutip dari CNBC International.
Selain itu, kembali positifnya bursa AS juga ditopang oleh kinerja keuangan perusahaan.
Sekitar 90% perusahaan yang tercatat di bursa S&P telah melaporkan kinerja keuangan mereka. Analis Ann Larson mengatakan sebanyak 82% memenuhi atau bahkan mencatatkan kinerja di atas ekspektasi pasar.
Perusahaan yang bergerak di sektor real estate, industri, dan energi mencatatkan kinerja yang paling impresif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar