Equity World | Lima BUMN China Mau Hengkang Dari Wall Street, Ada Apa Nih?
Equity World | Wall Street bersiap akan kehilangan sekitar US$318 miliar dari lima perusahaan China yang akan melakukan penghapusan saham (delisting) dari papan perdagangan. Lantas, apakah ini langkah politik setelah ketegangan di Taiwan atau hanya bisnis semata?
Equity World | Harga Emas Diprediksi Redup Pekan Ini, Siap-Siap Jual?
Adapun kelima raksasa itu adalah Perusahaan asuransi negara China Life Insurance, raksasa energi PetroChina dan China Petroleum & Chemical Corporation, bersama Aluminium Corporation of China, dan Sinopec Shanghai Petrochemical.
Mereka mengumumkan rencana delisting di tengah meningkatnya ketegangan antara Beijing dan Washington. Selain itu karena pengawasan yang lebih ketat terhadap perusahaan-perusahaan China yang terdaftar di bursa AS. Ini terjadi sejak Kongres mengesahkan undang-undang yang mengatur pengawasan yang lebih ketat terhadap perusahaan-perusahaan ini pada tahun 2020.
Para anggota parlemen AS sendiri telah lama mengeluh bahwa perusahaan China tidak mengikuti aturan seperti perusahaan lainnya di Wall Street.
Regulator di AS pun telah menuntut agar perusahaan dan auditor China menyediakan audit keuangan mereka untuk diperiksa setiap tiga tahun oleh Dewan Pengawas dan Akuntansi Perusahaan Publik, pengawas audit, atau menghadapi larangan perdagangan sekuritas mereka yang terdaftar di AS.
Komisi Regulasi Sekuritas China mengatakan perusahaan-perusahaan tersebut telah secara ketat mematuhi aturan pasar modal AS dan persyaratan peraturan sejak listing mereka di negara tersebut, dan pilihan delisting dibuat dari mereka sendiri, pertimbangan bisnis. "Listing dan delisting adalah umum di pasar modal," tambahnya.
Regulator pasar China juga mengatakan langkah delisting tidak akan "membahayakan" kegiatan penggalangan dana oleh lima perusahaan. Sebab mereka dapat memilih dari beberapa pasar lain dan akan tetap listing di Hong Kong dan China.
Selama beberapa dekade, dua negara penguasa ekonomi dunia terus berselisih mengenai ijin regulator untuk mengaudit perusahaan China yang terdaftar di bursa saham AS.
Pengawas audit AS menginginkan akses penuh ke auditor dan dokumen audit perusahaan, tetapi ditolak karena masalah keamanan nasional. AS dapat menghapus lebih dari 260 perusahaan China dengan total nilai US$1,3 triliun pada tahun 2024 jika Washington dan Beijing tidak dapat mencapai kesepakatan.
Liqian Ren, direktur alfa modern di perusahaan investasi WisdomTree Asset Management, mengatakan kepada Fortune bahwa dua perusahaan BUMN China yang tersisa "pasti mempertimbangkan" delisting.
"Perusahaan-perusahaan BUMN China semuanya menyimpan informasi yang dianggap Beijing sensitif atau penting bagi keamanan nasional yang tidak ingin diakses oleh inspektur Amerika, yang berarti bahwa tidak akan mengejutkan jika perusahaan negara yang tersisa memilih untuk segera dihapus," ujar Brendan Ahern, kepala investasi di KraneShares, dana investasi yang berfokus pada China, mengatakan kepada Fortune.
Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa perusahaan swasta akan ikut delisting agar terhindar dari pusaran konflik AS dan China.
Alibaba yang memecahkan rekor listing terbesar di Wall Street dengan dana yang dikumpulkan hingga US$25 miliar pada 2014, telah masuk ke keranjang pantauan delisting oleh Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC).
Ahern berpendapat bahwa delisting lima perusahaan BUMN China itu jadi sinyal positif bahwa Washington dan Beijing mungkin lebih dekat untuk mencapai konsensus delisting. Setelah semua BUMN China dihapus dari Wall Street, "perusahaan non-negara yang tersisa telah lama menyatakan bahwa mereka tidak menyembunyikan apa pun."
SEC kini telah menandai 159 perusahaan, termasuk JD.com , raksasa sosial dan blogging Weibo , induk KFC Yum China, dan perusahaan bioteknologi BeiGene, untuk delisting dari Wall Street.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar