Equity World | Bursa Asia Finish Cerah Lagi, Hang Seng Melejit 4% Lebih
Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik ditutup cerah pada perdagangan Selasa (15/11/2022), di mana investor mengevaluasi pertemuan sejenak antara Presiden Amerika Serikat (AS) dengan Presiden China, sebelum mereka bertemu di KTT G20 Bali Indonesia.
Equity World | Harga Emas Naik, Didorong Kekhawatiran Sentimen Geopolitik
Indeks Hang Seng kembali memimpin penguatan bursa Asia-Pasifik pada hari ini, yakni melejit 4,11% ke posisi 18.343,12, ditopang oleh melesatnya saham-saham teknologi China.
Saham Tencent melonjak 7,6%, sedangkan saham Meituan melompat 5,9%, dan saham Alibaba melejit 9%. Kenaikan saham teknologi China juga turut mendorong indeks teknologi Hang Seng Tech dan melesat lebih dari 4%.
Sedangkan untuk indeks Nikkei 225 Jepang ditutup naik 0,1% ke 27.990,17, Shanghai Composite China melonjak 1,64% ke 3.134,08, Straits Times Singapura menguat 0,44% ke 3.275,28, KOSPI Korea Selatan bertambah 0,23% ke 2.480,33, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terapresiasi 0,23% menjadi 7.035,5.
Namun untuk indeks ASX 200 Australia ditutup melemah tipis 0,07% ke posisi 7.141,6 pada perdagangan hari ini.
Dari Jepang, ekonominya mengalami kontraksi pada kuartal III-2022. Berdasarkan data pemerintah setempat, pertumbuhan ekonomi Jepang yang dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) periode kuartal III-2022 dilaporkan menyusut 0,3%.
Padahal sebelumnya di kuartal II-2022, Negeri Matahari Terbit tersebut mencatat pertumbuhan ekonomi sebesar 1,1%.
"Ini adalah kontraksi pertama dalam ekonomi sejak Q3 2021, di tengah tekanan inflasi global dan penurunan yen," tulis Trading Economics.
Ekonomi Jepang kembali melambat akibat biaya impor yang tinggi dan konsumsi swasta yang lemah. Berakhirnya pembatasan Covid-19 tak membantu banyak pertumbuhan.
Jatuhnya yen memperkuat tagihan impor negara yang sudah melonjak, membebani perdagangan bersih.
Padahal pemerintah Jepang terus melakukan stimulus guna mendorong ekonominya kembali pulih akibat pandemi Covid-19. Namun, kondisi global yang masih belum memungkinkan membuat ekonomi Jepang turut kembali lesu.
Perdana Menteri (PM) Jepang, Fumio Kishida pada bulan lalu menyusun paket stimulus ekonomi yang mencakup bantuan untuk mengurangi biaya energi untuk rumah tangga dan bisnis. Kabinetnya menyetujui anggaran tambahan sebesar 29,1 triliun yen (US$ 207 miliar) untuk mendanai langkah-langkah ini.
Di lain sisi, investor di Asia-Pasifik mengevaluasi pertemuan sejenak antara Presiden AS, Joe Biden dengan Presiden China, Xi Jinping pada Senin kemarin, sebelum mereka bertemu secara resmi di puncak perhelatan KTT G20 di Bali, Indonesia.
Dalam pertemuan singkat yang hanya berlangsung tiga jam tersebut, Biden mengajukan keberatan atas tindakan China terhadap Taiwan.
Ini adalah pertama kalinya kedua pemimpin Negara Adidaya Ekonomi itu bertemu langsung sejak Biden menjabat pada Januari 2021.
"Kita perlu memetakan jalur yang tepat untuk hubungan China-AS," kata Xi pada pembukaan pertemuan tersebut.
"Kita perlu menemukan arah yang tepat untuk hubungan bilateral ke depan dan meningkatkan hubungan," tambah Xi.
Ketegangan antara AS dan China telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, di mana terakhir adalah di Taiwan dan perang Rusia-Ukraina, hingga kemampuan perusahaan AS untuk menjual teknologi canggih ke bisnis China.
"AS dan China dapat mengelola perbedaan mereka dan menghentikan persaingan agar tidak berubah menjadi konflik," kata Biden, menurut pembacaan Gedung Putih, yang mencatat bahwa kedua pemimpin berbicara "terus terang tentang prioritas dan niat masing-masing di berbagai masalah".
Di lain sisi, rilis data ekonomi China pada hari ini menunjukkan beragam. Data Produksi industri China tumbuh 5% pada Oktober lalu, melambat dari posisi September lalu yang tumbuh 6,3%.
Angka itu juga meleset dari perkiraan pasar dalam survei Reuters yang memperkirakan kenaikan sebesar 5,2%.
Sedangkan penjualan ritel di China turun 0,5% pada Oktober lalu, dari sebelumnya tumbuh 2,5% pada September lalu. Angka itu juga meleset dari ekspektasi pasar yang memperkirakan penjualan ritel tumbuh 1%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar