Equityworld Futures | Manipulasi Pasar Bikin Emas Batal Terbang Tinggi, Benarkah?
Equityworld Futures | Harga emas dunia melemah lagi pada perdagangan Selasa (26/5/2020), meski masih bertahan di atas US$ 1.700/troy ons. Pada pukul 14:05 WIB, emas diperdagangkan di kisaran US$ 1.727,22/troy ons, melemah 0,11% di pasar spot, melansir data Refinitiv.
Sepanjang tahun ini hingga Senin kemarin emas sudah menguat 14%, tetapi emas dikatakan seharusnya bisa terbang lebih tinggi lagi. Adanya manipulasi pasar dikatakan menjadi penyebab emas belum terbang tinggi.
"Kita menyaksikan manipulator pasar finansial dalam skala dan frekuensi yang jarang terjadi sebelumnya. Kurangnya integritas dari pelaku pasar yang powerful menyebabkan ambruknya pasar finansial utama" kata Carol Alexander, profesor Finansial, di University of Sussex Business School, sebagaimana dilansir Kitco.
Analisis yang dilakukan oleh tim CryptoMarketRisk University of Sussex Business School melaporkan adanya manipulasi yang besar dan tidak diketahui oleh regulator.
"Tim CryptoMarketRisk dari University of Sussex Business School telah melacak transaksi dalam beberapa bulan dan mendapati adanya sell order yang sangat besar di emas berjangka (futures), aksi beli dan jual masif di tembaga futures, dan order palsu di bursa Cyrpto," tulis University of Sussex dalam website resminya di awal Mei lalu.
"Beberapa transaksi tunggal di COMEX (bursa komoditas di AS) begitu besar sehingga bisa menggerakkan pasar, jelas itu merupakan pelanggaran undang-undang tentang penyalahgunaan pasar di AS. Tetapi, akibat gejolak yang terjadi di pasar regulator seperti Commodity Futures Trading Commission (CFTC) banyak yang harus dikerjakan, sehingga manipulasi dalam skala besar bisa terlewatkan oleh regulator" tulis University of Sussex.
Harga emas Antam pada hari kedua (H+2) Lebaran 2020, terpangkas signifikan. | Equityworld Futures
Manipulasi tersebut dikatakan menjadi alasan kenapa emas malah merosot pada pertengahan Maret lalu, ketika bursa saham global mengalami aksi jual.
Hasil studi yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan korelasi antara indeks S&P 500 dengan emas saat krisis finansial 2008 yang juga menyebabkan aksi jual di pasar saham global dengan yang terjadi saat ini. Pada tahun 2008, indeks S&P500 dan emas memiliki korelasi negatif hingga minus 40%. Korelasi minus artinya keduanya bergerak berlawan arah. Sementara di tahun ini, indeks S&P500 dan emas memiliki korelasi positif 20%, artinya pergerakannya searah.
"Saat terjadi aksi jual di pasar saham, analis akan memperkirakan terjadi peningkatan permintaan untuk emas dan bitcoin meningkat. Tetapi saat ini aset safe haven (seperti emas) memiliki perilaku yang sangat berbeda. Emas dan bitcoin turut anjlok bersama busa saham AS," tulis Alexander.
"Saat indeks S&P 500 ambrol di bulan Maret 2020, emas juga mencatat pekan terburuk dalam 8 tahun terakhir, padahal harusnya menjadi pekan terbaik bagi emas. Hal itu terjadi akibat adanya aksi short (jual) di emas berjangka (futures) COMEX," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar