Equityworld Futures | Reli Wall Street, Obat Kuat Buat Saham Raksasa RI
Equityworld Futures | Pasar saham global berpesta usai data inflasi teranyar Amerika Serikat (AS) yang mendingin yang memicu reli di Wall Street hingga obligasi pemerintah US Treasury. Saham big cap dalam negeri juga bangkit pada Rabu (15/11/2023).
Equityworld Futures | Harga Emas Dunia Hari Ini Loyo, Sekarang Dipatok Segini
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melonjak 1,53% dan kembali ke atas 6.900, di level 6.965 pada perdagangan Rabu (15/11/2023). Indeks saham big cap berkualitas LQ45 juga terbang 1,9%.
Kuartet empat saham bank kakap, yang merupakan soko guru IHSG, kompak menghijau. Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) melejit 3,94%, saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) naik 2,25%, dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) menguat 1,29%.
Selain itu, saham PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) terangkat 1,12%.
Saham big cap penghuni LQ45 lainnya, emiten e-commerce dan jasa ride hailing PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) terdongkrak 4,94 %, PT Bank Jago Tbk (ARTO) melambung 11,71%.
Nama lainnya, saham Grup Emtek EMTK dan tambang emas-tembaga MDKA masing-masing melompat 8,33% dan 4,68%. Saham bank pelat merah BBTN dan BRIS juga naik 3,74% dan 3,72%.
Sebanyak 32 saham LQ45 yang menguat pada Rabu, tiga stagnan, dan hanya 10 yang melemah.
Ini menandakan optimisme pasar saham domestik yang kembali.
Maklum, saham big cap, sebagian karena porsi investor asing yang tinggi, sangat sensitif dengan kondisi makro dan kebijakan moneter global, terutama AS. Karenanya, turunnya yield obligasi AS (yang menandakan reli di pasar obligasi), melemahnya dolar AS, dan melonjaknya Wall Street menjadi angin segar untuk saham-saham raksasa RI.
Wall Street Gembira
Bursa saham AS Wall Street kompak ditutup menguat pada Selasa (14/11/2023) waktu setempat setelah data yang dinanti-nanti para investor yakni inflasi memberi kabar menggembirakan.
Dow Jones melonjak 1,43% , S&P 500 melesat 1,91% an Nasdaq melejit 2,37% pada Selasa (14/11/2203). Tren positif kembali dilanjutkan pada Rabu (15/11/2023). Dow Jones ditutup terapresiasi 0,47% di level 34.991,21, S&P 500 naik 0,16% di level 4.502,88, dan Nasdaq menguat 0,07% di level 14.103,84.
Wall Street kompak menghijau karena data inflasi yang lebih lemah dari perkiraan mendukung pandangan bahwa bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)mungkin tidak akan menaikkan suku bunga.
Inflasi AS melandai ke 3,2% (year on year/yoy) pada Oktober 2023, lebih rendah dibandingkan 3,7% (yoy) pada September serta di bawah ekspektasi pasar (3,3%). Ini adalah kali pertama inflasi AS melandai dalam empat bulan terakhir.
Data menunjukkan harga konsumen AS secara bulanan (month to month/mtm) tidak berubah pada Oktober karena masyarakat AS membayar lebih sedikit untuk bensin, dan kenaikan inflasi tahunan merupakan yang terkecil dalam dua tahun terakhir.
"Katalis yang jelas adalah laporan inflasi yang lebih lemah dari perkiraan. Mendapatkan pembacaan inflasi yang lebih lemah memberi pasar kenyamanan tambahan bahwa Fed tidak perlu menerapkan sejumlah besar kebijakan pembatasan tambahan untuk terus menurunkan harga konsumen," ujar Craig Fehr, kepala strategi investasi di Edward Jones, dikutip dari CNBC International.
Sejak Maret 2022, The Fed telah menaikkan suku bunga kebijakannya sebesar 525 basis poin ke level 5,25-5,50% untuk melawan inflasi yang tinggi.
Ekspektasi terhadap penurunan suku bunga The Fed tahun depan juga bergeser mengikuti data yang dirilis hari ini. Suku bunga berjangka AS pada hari Selasa memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 65% di bulan Mei 2024, dibandingkan dengan 34% pada hari Senin, menurut alat FedWatch CME.
Investor juga fokus pada negosiasi yang dilakukan anggota parlemen AS mengenai rancangan undang-undang pendanaan karena mereka menghadapi tenggat waktu akhir minggu ini untuk mendanai pemerintah federal.
Indeks Volatilitas, atau VIX, yang dikenal sebagai "pengukur ketakutan" Wall Street, telah jatuh dari level tertingginya di bulan Oktober, dan baru-baru ini merosot selama delapan sesi berturut-turut. VIX sempat di level 23,08 pada 23 Oktober 2023 sebelum per 15 November berada di 14,16.
Sementara, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah atau kerap disebut US Treasury, yang telah memicu sebagian besar volatilitas baru-baru ini, turun tajam ke 4,44% seiring rilis data inflasi AS terbaru setelah sempat menembus 5% untuk pertama kalinya dalam 16 tahun pada Oktober, memberikan amunisi tambahan bagi kenaikan saham. Yield obligasi pemerintah RI bertenor 10-tahun juga merosot ke 6,83% dari hari sebelumnya 6,95%.
Indeks dolar juga melorot ke 104,11 pada 15 November usai sempat ke 107,35 pada 3 Oktober lalu. Ini kabar baik untuk rupiah dan pasar saham RI.
Nilai tukar rupiah menguat drastis dalam perdagangan Rabu (15/11). Dilansir dari Refinitiv, rupiah sempat menguat 1,46% ke posisi Rp15.460/US$, sebelum akhirnya menguat 0,92%.
Dari pasar saham Asia, Nikkei 225 naik 2,5%, Hang Seng meroket 3,92%, Shanghai Composite 0,55%, Straits Times Singapura menguat 0,69%. Dari Eropa, FTSE 100 Index London menghijau 0,98%, Dax Frankfurt naik 0,27%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar