Equity World | Investor Cenderung Wait and See, Bursa Asia Dibuka Loyo Lagi
Equity World | Mayoritas bursa Asia-Pasifik dibuka melemah pada perdagangan Senin (7/8/2023). Pada pekan ini investor akan memantau rilis data inflasi China.
Equity World | Bursa Saham Asia Turun pada Senin (7/8) Pagi, Menantikan Data Inflasi China
Per pukul 08:30 WIB, hanya indeks Straits Times Singapura yang menghijau pada pagi hari ini, yakni menguat 0,43%, sedangkan sisanya terpantau melemah.
Indeks Nikkei 225 Jepang melemah 0,39%, Hang Seng Hong Kong terkoreksi 0,63%, Shanghai Composite China terpangkas 0,6%, ASX 200 Australia terdepresiasi 0,2%, dan KOSPI Korea Selatan turun 0,1%.
Adapun pada pekan ini, investor di Asia-Pasifik akan memantau data inflasi dan data neraca perdagangan China periode Juli 2023.
Konsensus pasar dalam Trading Economics memperkirakan inflasi China pada bulan lalu akan kembali melandai menjadi -0,3% (year-on-year/yoy), alias mengalami deflasi.
Secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi China diperkirakan naik menjadi 0,2%, dari sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,2%.
Terkendalinya tingkat kenaikan harga China berpotensi menghantui terjadinya deflasi seiring perkiraan penurunan harga bulan Juli secara tahunan. Ini akan menjadi potensi bank sentral China (People's Bank of China/PBoC) kembali memangkas suku bunganya.
Di lain sisi, bursa Asia-Pasifik yang cenderung melemah terjadi di tengah terkoreksinya bursa saham AS, Wall Street pada akhir pekan lalu.
Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) ditutup melemah 0,43%, S&P 500 terkoreksi 0,53%, dan Nasdaq Composite terdepresiasi 0,36%.
Melemahnya Wall Street di akhir pekan lalu terjadi setelah sempat dibuka menguat dan setelah data tingkat pengangguran dan data penggajian non-pertanian (non-farm payroll/NFP) terbaru dirilis. Dua data tersebut pun bervariasi.
Data tingkat pengangguran AS periode Juli 2023 turun sedikit menjadi 3,5%, dari sebelumnya sebesar 3,6%. Angka ini lebih rendah dari ekspektasi pasar yang memperkirakan tingkat pengangguran Negeri Paman Sam tidak berubah di 3,6%.
Sedangkan data NPF periode Juli 2023, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan AS menambahkan 187.000 pekerjaan, di bawah perkiraan pasar yang mencapai 200.000.
Angka Juli sedikit lebih tinggi dari pertumbuhan Juni yang direvisi dari kenaikan 209.000 menjadi kenaikan 185.000.
Sementara penghasilan per jam rata-rata naik 4,4% (year-on-year/yoy) pada Juli. Perubahan persen ini juga sama seperti periode Januari, April, dan Juni tahun ini. Melihat perubahan selama sebulan, penghasilan per jam meningkat sebesar 0,4%, sama seperti yang terjadi di April dan Juni.
Adapun data tenaga kerja AS lainnya juga menunjukkan angka yang bervariasi. Data klaim pengangguran untuk periode pekan yang berakhir 30 Juli mencapai 227.000, naik sebesar 6.000 dari pekan sebelumnya yang sebesar 221.000 klaim.
Data lain dari Departemen Tenaga Kerja menunjukkan adanya penurunan tajam dalam biaya tenaga kerja pada kuartal II-2023, berkat peningkatan tajam dalam produktivitas pekerja.
Hal ini menambah laporan bulan lalu yang menunjukkan moderasi signifikan dalam inflasi tahunan pada periode Juni 2023 serta pertumbuhan upah pada kuartal II-2023.
Data tenaga kerja menjadi salah satu pertimbangan bank sental AS (Federal Reserve/The Fed) dalam menentukan kebijakannya.
Menurut Alat FedWatch CME, kemungkinan bahwa The Fed membiarkan suku bunga tidak berubah pada pertemuan 19-20 September sekarang sekitar 85%, dari sebelumnya sekitar 78% sesaat sebelum data pengangguran keluar.